Aktifitas luar ruang sesungguhnya bukan hal baru buatku. Walaupun bukan pendaki dan juga bukan yang gila-gilaan adventure merambah rimba dan belantara, tapi sedikitnya aku pernah menikmati aktifitas luar ruang saat masih SMP. Lebih tepatnya saat mengikuti aktifitas Pramuka. Di sana aku bisa merasakan kegiatan out door, belajar tali temali, bikin tandu, bikin tenda hingga kemping dan merasakan jurit malam.
Maka ketika aku beranjak kuliah, dan diajak senior ikut MAPPA 32 Kampus Tercinta IISIP dan gak pakek pikir panjang langsung meng-iya-kan. Rupanya, di MAPPA 32 saat itu, sudah ada teman-temanku yang sudah lebih dulu masuk MAPPA 32. Mereka adalah teman-temanku di Kelompok I saat semester satu. Mereka adalah Nina, Ani, Roly, Ida, Agus Koneng, Kiki, Unank, Ipam, Ujank, Lutfi dan beberapa lagi yang tidak bisa kuingat lagi karena usia.

Salah satu kegiatan pecinta alam yang paling digemari banyak orang, terutama perempuan, adalah kemping. Ada juga sih beberapa perempuan yang menggemari kegiatan mendaki, tapi buatku, mendaki gunung tinggi rasanya belum sanggup.
Maka, ketika MAPPA 32 menggelar kemping, aku langsung ikutan. Tepatnya di Curug Cilember, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Lokasi kemping itu sendiri, rupanya lumayan jauh posisinya dari tempat pemberhentian truk yang kami naiki dari Jakarta. Jaraknya lumayan jauh.
Dengan bekal kemping di dalam tas carier yang menggayut di punggung, dan lumayan berat untuk ukuran badan sekecil aku, berjalan dari tempat parkir truk ke lokasi kemping rupanya butuh perjuangan. Jalan yang masih tanah dan berbatu, membuatku harus hati-hati. Cuma senengnya, karena itu dilakukan rame-rame, capek dan lelah seperti tidak dirasakan. Biarkan betis saja yang merasakan.
Pepatah bilang, tahu rasanya senang karena pernah merasakan sedih. Bisa berada di ketinggian karena pernah berada di bawah. Benar-benar bisa meresapi artinya keindahan karena harus berjalan cukup jauh untuk menikmati air terjun Cilember yang mampu membasuh lelahku.
Waktu terus berjalan karena sang waktu tidak pernah kembali. Tahun berganti. Mahasiswa baru berdatangan. Setelah merekrut mahasiswa baru untuk mengikuti organisasi MAPPA 32, kamipun menggelar lagi kemping. Kali ini yang menjadi tempat tujuan adalah Pasir Reungit Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat.
Persiapanpun dilakukan. Berbagai aneka perlengkapan disiapkan. Karena sudah punya pengalaman sebelumnya, membuat kemping ku kali ini tidak terlalu ribet.
Seluruh peserta dikumpulkan di Kos Isabela sebelum keberangkatan. Absen satu per satu dilakukan agar tidak ada yang tertinggal. Setelah semua siap, peserta dan tendanya juga, kami langsung cuss ke lokasi.
Di lokasi, kami harus mendirikan tenda masing-masing. Dan yang menarik adalah, kami sempat melakukan bakti sosial di lokasi kemping. Tepatnya setelah makan siang, kami memberikan sembako ke warga sekitar lokasi kemping dengan mendatangi rumah pak lurah.
Malam datang. Dingin menyergap. Suara jangkrik dan binatang malam berdecit bersautan. Ditingkahi suara angin dan air terjun yang terus berjatuhan, persiapan membuat api unggun pun dilakukan.
Sebuah kecelakaan terjadi. Salah seorang mahasiswa baru kesurupan. Untungnya, kesurupannya tidak lama.
Malam kian larut. Api unggun mulai redup. Dingin menusuk hingga ke tulang. Pertolongan pertama yang aku lakukan adalah, membungkus kaki dengan tas kresek. Karena kebetulan kaos kakiku basah kehujanan. Sweater merah yang tidak terlalu tebal membungkus tubuhku. Tapi rasanya belum terlalu bisa menghangatkan tubuh mungilku. Di tengah gelap malam dan dingin yang terus mengusik, kamipun terlelap berjamaah.
Pagi datang. Dingin masih belum mau hilang. Meski begitu, sholat subuh tetap harus dilakukan. Di melimpahnya udara segar itupun kami menikmatinya. Jalan-jalan di sekitar lokasi kemping menjadi pilihan agar badan bisa lebih hangat. Apalagi jika kemudian ditambah dengan senam pagi berjamaah.

Setelah senam, kami bersih-bersih, mandi sarapan ala kadarnya. Ada warung di sekitar lokasi kemping. Sekedar mie instan atau kopi panas. Sinar mentari menepati janji, muncul bersama pagi. Menyirami kehangatan hati kami, hingga siang menjelang. Lepas sholat dzuhur, kamipun bersiap kembali ke Kampus Tercinta.
Duh, indahnya menjadi bagian dari pencinta alam MAPPA 32 IISIP.
Aku bisaaa yurraaaaa……
Diana Jacob