Sahabat, yang kita tahu, itu melebihi dari teman. Lebih tahu luar dalam diri kita. Orang yang paling paham soal karakter, kebiasaan, kesukaan, bahkan sifat buruk kita.
Tunggu dulu, apa iya?
Lalu apa sebenarnya sahabat itu?
Sahabat berasal dari kata Bahasa Arab “shuhbah” yang berarti berkawan. Bentuk lainnya dari shuhbah adalah “shaahib” yang berarti kawan dan jamaknya adalah “ashhaab”
Dalam sejarah, ‘sahabat’ adalah gelar buat mereka yang sering menemani nabi kita Muhammad Salallahu ‘alaihi wa salam. Mereka yang sering duduk di samping beliau, yang setia lahir bathin mendukung Rasulullah dalam suka maupun duka.
Ketika usia remaja, masa-masa SMP-SMA, berlanjut di masa kuliah hingga masa tak lagi muda, memang betul terasa sekali perannya sahabat. Sahabat sebagai supporting system hidup kita selain keluarga. Bahkan bisa terjadi sahabat menjadi prioritas utama.
Kalau zaman remaja sih jelas ya, sahabat itu teman main yang memiliki kesamaan minat, hobby. Sama-sama membutuhkan, dan selalu ada “saling’’. Semakin banyak kesamaan, semakin ketergantunganlah kita.

Dalam psikologi, persahabatan atau sahabat memiliki beberapa definisi dan fungsi yang penting. Berikut adalah beberapa pandangan dari para ahli:
- Hubungan Emosional: Persahabatan adalah hubungan emosional yang dibentuk antara dua atau lebih individu yang saling mendukung, menghormati, dan menghargai satu sama lain. Hubungan ini didasarkan pada rasa saling percaya, kejujuran, dan dukungan.
- Sumber Dukungan: Sahabat sering kali menjadi tempat untuk berbagi suka dan duka, serta memberikan dukungan emosional. Mereka bisa menjadi sumber informasi, kegembiraan, dan hiburan.
- Pengaruh Positif: Persahabatan yang baik dapat meningkatkan harga diri dan kesejahteraan mental. Sahabat membantu kita melewati situasi sulit dan memberikan perlindungan dari tekanan social.
- Kepercayaan dan Kejujuran: Sahabat sejati adalah mereka yang dapat kita percayai dan yang selalu jujur, bahkan dalam situasi sulit. Mereka membantu kita melihat realita dan memberikan saran yang berguna.
- Kesehatan Mental: Memiliki sahabat dapat membuat seseorang lebih sehat secara mental karena adanya tempat untuk berbagi cerita dan perasaan.
Seperti diatas itulah “Nilai” persahabatan sesungguhnya. Buat yang sudah merasakan pentingnya bersahabat, pasti akan terus ada di poin-poin tersebut.

Namun seiring waktu berjalan, apakah iya sahabat masih sama “kualitasnya” dengan kondisi dulu? Nah ini yang masih kurang sadar. Bahwa persahabatan ternyata perlu di“update”, diperbaharui. Pasti ada proses perubahan yang terjadi dengan sahabat kita berdasarkan pengalaman yang dilaluinya. Ketika persahabatan yang berumur belasan tahun bahkan puluhan tahun, tak semua bisa menyadari bahwa sahabatnya ini sudah banyak berubah.
Oh jadi sahabat kita sudah banyak berubah ya?
Iya pastinya. Berubah dalam hal apa aja?
- Pengalaman baik maupun buruk mengubah cara pandangnya dalam menyelesaikan masalah.
- Dengan siapa mereka berinteraksi, itu mempengaruhi berubahnya sahabat kita.
- Tutur bahasa juga berubah, tidak lagi sama karena bahasanya dinamis terus. Sudah tidak bisa lagi saling meledek dengan gaya ketika masih sekolah.
- Pola pikir juga pasti berubah. Tidak akan sama lagi dengan ketika bersekolah. Dengan sendirinya tidak akan bisa diajak becanda dengan bahasa yang sama waktu sekolah.
- Attitude, perilaku juga berubah, lebih bijaksana dalam bertindak, atau justru sebaliknya.
Dan akan masih banyak lagi karena sejatinya sahabat kita manusia biasa yang penuh dengan kesalahan serta bertambah kualitas dirinya.
Penjabaran di atas sepertinya sudah pada tahu ya. Tetapi tahu bukan berarti paham.
Buktinya, masih banyak yang merasa bersahabat tapi dia tidak sadar jika sahabatnya menjadi lebih egois. Minta bertemu hanya ingin didengarkan curhatnya, misalnya. Cenderung ingin difasilitasi atau divalidasi bahkan diregulasi perasaannya sehingga persahabatan seperti layaknya pasien dengan Psikolognya. Makanya, tidak heran jika persahabatan bukan seperti kepompong (menjadi kupu-kupu cantik) tetapi justru menambah konflik, tidak terima, marah, kecewa dengan mudah, dan banyak lagi. Jadi mana bisa, persahabatan sejati jika seperti ini. Belum lagi, ketika tidak terima, kecewa, lalu ghibah ke sana-sini meminta dukungan. Astaghfirullah..
Jangan yaa dek yaaa… ( kalimat viral d tiktok)
Hal di atas berbeda jika kita paham bahwa persahabatan ini akan ada “Value Added” (Nilai Tambah) yang mencerminkan ‘kualitas pertemanan sejati’ ini. Berkualitas luar dalam, saling support, tambah pengertian, tambah empati, tambah ilmu, saling update. Malah paling enak itu sahabat menuju akhirat, saling mengajak kepada ibadah dan fokus pada kebaikan, kebaikan, dan kebaikan.
Pertanyaannya sekarang, apa iya? Ada sahabat sejati lahir bathin luar dalam dunia akhirat??
Wallahualam bisawab…
Bogor, 04092024— Veyda