Sebuah pengalaman yang sangat berkesan bagi Agung “Bebek” ketika ke luar dari Rumah Sakit pasca operasi kanker. Dengan kondisi masih memakai selang di hidung, dia mengendarai mobil sendiri pulang ke rumah di bilangan Cimanggis, Depok.
“Bayangin aku pulang dari RS Dharmais di kawasan Slipi, masih bersonde, nyupir sendiri pulang ke rumah di Cimanggis, Depok,” cerita Agung.
Sonde atau NGT adalah selang nasogastrik atau selang makanan yang digunakan untuk membantu pasien makan.
Selang ini terbuat dari plastik lunak yang cara penggunaannya dimasukkan melalui lubang hidung menuju lambung.
Mengendarai sendiri mobil sepulang dari RS setelah menjalani operasi adalah bentuk semangatnya Agung yang paling berkesan.
Pemilik nama lengkap Leonardus Agung Nugroho ini didiagnosa dokter terkena kanker larynx atau kanker kotak suara.
Kanker larynx adalah penyakit yang terjadi ketika sel-sel kanker terbentuk di larynx yaitu bagian tenggorokan yang mengatur pita suara.
Kanker larynx dapat berkembang di 3 bagian utama larynx yaitu :
- Glottis : bagian tengah yang berisi pita suara
- Supraglottis : bagian diatas pita suara
- Subglottis : bagian di bawah pita suara dan diatas trakea (pipa nafas).
Kanker larynx berada di urutan kedua yang cukup berbahaya dalam dunia THT setelah kanker nasofaring di urutan pertama.
Kanker larynx yang dialami Agung adalah yang glottis. Itulah sebabnya pita suara Agung diangkat. Hal ini menjadi penyebab suara Agung pun menghilang.
Kisah Agung Dan Kanker Larynx
Siapa pun tidak akan siap menerima kabar tentang sakit yang menakutkan ini. Seperti disambar petir disiang bolong ketika dokter dengan penuh keprihatinan memvonis Agung terkena kanker pita suara stadium satu.

Dan operasi adalah tindakan terbaik guna mencegah penyebaran atau metastasis.
Sedih, kaget, takut, mental down dan denial mewarnai perasaan Agung saat itu. “Mengapa harus saya?” Sebuah pertanyaan yang sering terlontar dari mulut pasien ketika divonis kanker.
Jika ditilik sebenarnya pertanyaan Agung “mengapa harus saya” itu sudah mendapatkan jawabannya. Perilaku Agung sebagai perokok aktif menjadi pemicunya.
Penyebab pasti kanker larynx memang masih belum jelas, namun resiko terkena kanker larynx dapat meningkat pada mereka yang merokok aktif, sering minum minuman beralkohol, dan faktor genetik.
Agung yang saat menjadi Koordinator Cameramen News Televisi Indosiar sering dihadapkan dengan situasi under pressure membuatnya merasa sah menghisap rokok berbatang-batang.
Alasan klise, “Ketika stress alihkanlah dengan merokok,” menjadi tamengnya.
Akibat dari kebiasaannya itu terasa ketika dia sudah pensiun dari Indosiar. Suaranya mulai sering serak. Agung tidak menyangka jika gejala dengan suara serak yang dialaminya ternyata memvonisnya dengan kanker.

Pekerjaan Agung setelah pensiun dari Indosiar adalah menjadi instruktur diving di Sekolah Diving miliknya. Pekerjaan ini menuntut dia harus banyak bicara dan suara adalah aset utamanya.
Walaupun terkadang tidak mengajar, Agung sering juga membawa tamunya trip diving ke perairan wilayah Indonesia Timur. Dan tentu saja Agung lagi-lagi harus berbicara (briefing) sebelum diving kepada peserta trip.
Ketika suaranya mulai serak itu Agung menganggap hanya hal biasa. “Paling kurang minum air putih,” pikirnya.
Namun seraknya tidak kunjung menghilang bahkan suaranya mulai mengalami perubahan menjadi mengecil.
Puncaknya hari Minggu akhir Oktober 2021 ketika bangun pagi dan ingin ke Gereja, suara Agung hilang total.
Oleh sang istri tercinta Agung dibawa ke dokter spesialis THT RS Dharmais. Dokter pun segera menjadwal tindakan biopsi. Hasil biopsi sudah disebut di atas kisah ini, Agung terkena kanker larynx di bagian pita suara.

Tindakan lanjutan setelah biopsi adalah operasi. Hal ini menjadi pilihan terbaik. Tanpa ragu-ragu, layaknya prajurit yang selalu siap siaga, Agung pun langsung setuju dioperasi. Meskipun rasa takut itu tetap ada.
Kekuatan Agung untuk segera menjalani operasi juga karena atas dasar cintanya kepada anak, istri, dan keluarganya. Dia masih ingin membahagiakan keluarganya. Jadi dia termotivasi harus sembuh dan tidak merepotkan keluarganya.
Sakratul maut
Operasi pun berjalan lancar. Namun 3 hari pasca operasi Agung seperti mengalami sakratul maut. Bagaimana tidak, ketika sedang berkomunikasi dengan istri melalui HP (video call) tiba-tiba saja saturasinya merosot drastis tinggal 33%. Padahal kondisinya saat itu stabil.
Dalam keadaan panik Agung berusaha menggapai oksigen. Dengan kondisi megap-megap Agung berfikir ini mungkin saatnya meninggalkan dunia fana ini. Agung sempat membatin “Tuhanku mengapa secepat ini, namun jika ini memang waktuku menghadap Mu, aku mohon untuk jaga anak istriku”
Agung juga sempat memberi kode permintaan maaf kepada sang istri.
Lalu sebuah mukjizat datang. Dokter UGD tiba-tiba saja datang ke tempat Agung dirawat di lantai 8. “Dokter segera memberikan pertolongan hingga akupun bisa tetap bertahan hingga saat ini,” ujar Agung.
“Sungguh situasi yang membuatku banyak bersyukur dan benar-benar bertobat.”
Dulu semasa sehat Agung jarang sekali beribadah ke gereja. Anak dan istrinya saja yang rajin beribadah.
Kini ketika berdoapun Agung selalu menangis. Agung sadar jika Tuhan mau, kapanpun bisa terjadi. Dan kapan kita siap? Kita tidak pernah tau. Kita yang harus menyiapkan diri kembali kepadaNya. Dari sekaranglah saatnya bersiap.
Bolong di leher disangka hoax
Saat ini Agung menjalani hidup jauh lebih ringan. Dia menjalaninya dengan penuh syukur dan mencoba berbagi pengalaman dengan sesama pasien kanker khususnya pasien kanker larynx.
Agung juga kerap diundang sebagai pembicara (motivator). Seperti tahun lalu, Agung diundang di kantor Walikota Depok untuk “presentasi” bahaya merokok.
Di hadapan Walikota, Dinas Kesehatan, dan perwakilan siswa SMA Depok serta tamu undangan lain Agung membagikan pengalamannya.
“Anak-anak itu tadinya menyangka lubang di leher aku ini hoax. Hanya untuk menakut-nakuti saja. Akhirnya dengan mata kepala mereka sendiri mendapatkan fakta. Bolong leherku ini bukan hoax ini fakta,” jelas Agung.
Support System Terbaik
Pesan Agung untuk mereka yang divonis kanker jangan menunda. Ikuti saran dokter
Karena dokter pasti tahu apa yang terbaik. Keluarga yang mendukung serta teman-teman yang peduli adalah support System terbaik.
“Kemarin Ozol dan Ipung ke rumah, aku senang banget. Bisa ngobrol dengan segala keterbatasanku membuat aku senang. Itu menjadi penyemangat aku juga,” ujar Agung.

Perhatian dari teman-teman Panitia Reuni pasca reuni kemarin juga membuat Agung terharu dan bersyukur.
Ingin diundang ke Podcast
Tahun ini adalah tahun ke-4 pasca operasi. Agung sudah menjalani 2x kemoterapi dan 30x sinar radiasi.
Kontrol tiap 6 bulan sekali dijalani Agung ditemani sang istri. Pertengahan November ini Agung akan menjalani pemeriksaan menyeluruh kembali. CT scan, Bone scan dan USG adalah prosedur yang harus dilakukan. Kontrol kali ini Agung juga akan melakukan prosedur kontras atas permintaan sang istri.
Zat kontras atau media kontras adalah bahan yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan CT scan. Zat kontras ini dapat meningkatkan hasil pemeriksaan dan menggambarkan struktur anatomis secara lebih presisi.
“Bikin degdegan sebenarnya dikontras ini karena kuman sekecil apapun akan terdeteksi. Semoga hasilnya baik,” harap Agung.

Ada hal lain juga yang jadi harapan Agung. Dia berharap ada yang mengundangnya untuk Podcast bareng. Syukur-syukur diundang podcaster terkenal.
Agung ingin pengalamannya ini bisa menjangkau khalayak luas. Agung juga sudah merintis YouTube tentang perjuangan ini di channel @agungcancersurvivor.
Agung ingin pasien kanker khususnya kanker larynx tidak putus harapan selalu semangat untuk sembuh.
Kejadian menyedihkan dialami Agung ketika dia tidak berhasil meyakinkan seorang pasien kanker larynx untuk operasi.
Sang pasien takut akan bisu selamanya, sehingga menolak dioperasi. Akhirnya malah tidak bisa diselamatkan.
Padahal ada alat electrolarynx yang bisa membantu berbicara. Seperti yang digunakan Agung saat ini. Harga alat ini memang cukup mahal berkisar 12-17 juta.
Cara lain dengan berlatih ventrilokuisme, sebuah seni berbicara tanpa menggerakkan bibir. Agung juga ingin bisa berbicara secara ventrilokuisme atau orang awam menyebutnya dengan bahasa perut. “Bicara dengan bahasa perut ini kan jelas intonasinya. Kalau dengan alat electrolarynx suara yang keluar seperti robot, lempeng aja,” jelas Agung. Keterampilan ventrilokuisme ini membutuhkan latihan, ketekunan, juga bakat untuk melakukannya. “Perlu waktu pasti, namun kalau kita mau, pasti ada jalannya,” ujar Agung.
Kita doakan semoga apa yang menjadi harapan Agung dapat terlaksana.
Titik Mustikayani
Terima kasih untuk Mustikayani yang berkenan kembali merangkai sedikit catatanku, semoga penyakit ini stop disini. Sehebat apapun fasilitas yang kita dapatkan, kesehatan tetaplah “harga” termahal yang tak terbantahkan dan tak tergantikan. Ingat kita sudah tidak muda lagi, waktunya kita menjalin silahturahmi, saling mendoakan dan jaga kesehatan.
Respek dan terima kasihku untuk semua alumni 87
Terima kasih untuk Mustikayani yang berkenan kembali merangkai sedikit catatanku, semoga penyakit ini stop disini. Sehebat apapun fasilitas yang kita dapatkan, kesehatan tetaplah “harga” termahal yang tak terbantahkan dan tak tergantikan. Ingat kita sudah tidak muda lagi, waktunya kita menjalin silahturahmi, saling mendoakan dan jaga kesehatan.
Respek dan terima kasihku untuk semua alumni 87
Terima kasih kembali Gung…sehat sehat slalu untuk kita semua…
Bek, tetap semangat yah bro
– Wishnu –
kelompok 3 IISIP 87