Ramadhan selalu datang dengan penuh suka cita. Lirik lagu “Ramadhan tiba…Ramadhan tiba…” menggema di berbagai tempat, menandakan bulan suci yang dinanti telah tiba. Di seluruh penjuru Indonesia masyarakat memiliki tradisi khas dalam menyambutnya.
Tradisi di Berbagai Daerah
Beberapa diantaranya adalah Meugang atau Makmeugang di Aceh. Tradisi meugang menjadi momen istimewa yang dilakukan tiga kali dalam setahun : menjelang Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Warga membeli daging sapi lalu memasaknya dengan bumbu khas dan menyantapnya bersama keluarga serta anak-anak yatim piatu. Bagi masyarakat Aceh tradisi ini bukan hanya makan bersama tetapi juga bentuk berbagi kebahagiaan sebelum memasuki bulan puaasa.



Lalu ada tradisi Cucurak yang merupakan tradisi khas menyambut Ramadhan di tanah Sunda. Cucurak juga kegiatan makan bersama keluarga dan handai taulan sebelum Ramadhan dimulai. Biasanya keluarga berkumpul dan menikmati hidangan khas Sunda seperti nasi liwetan, ikan asin, lalapan, dan sambal terasi. Tradisi ini mempererat silaturahmi sekaligus mengingatkan bahwa Ramadhan adalah waktu untuk memperbaiki hubungan dengan sesama.
Masih tradisi di Pulau Jawa, tepatnya di Semarang Jawa Tengah terdapat tradisi Dugderan. Dugderan adalah tradisi unik. Dugderan yang berasal dari bunyi dug (suara bedug) dan der (suara petasan). Kemeriahan dugderan ditandai dengan pesta rakyat, kembang api, dan pawai budaya.
Tradisi menyambut Ramadhan lainnya adalah Padusan di Yogyakarta dan beberapa daerah lain di Jawa. Padusan yaitu mandi besar untuk menyucikan diri sebelum menjalani ibadah puasa. Masyarakat berbondong-bondong ke sungai atau sumber mata air untuk melakukan ritual ini. Mereka percaya bahwa padusan bukan hanya membersihkan tubuh tetapi juga menyucikan hati dan pikiran.
Nyorog dan Ruwahan di Jakarta : Menghormati Leluhur dan Berbagi Rezeki.
Di Jakarta dan sekitarnya masyarakat Betawi menjalankan tradisi Nyorog yaitu mengantarkan makanan atau sembako kepada orang yang lebih tua sebagai tanda hormat. Selain itu juga tradisi Ruwahan yaitu doa bersama untuk arwah leluhur atau orang tua yang sudah wafat menjelang Ramadhan. Ruwahan biasanya ziarah ke makam dan doa bersama di sana.

Anisa (Humas ’87) termasuk yang mengadakan ruwahan sekaligus nyorog di lingkungan rumahnya di daerah Pondok Bambu, Jakarta Timur. Diawali dengan pembacaan yasin, tahlil, dan doa bersama.

“Setelah selesai acara pengajian dilanjutkan makan-makan, maaf-maafan dan pembagian besek atau berkat (sembako) sebagai bentuk kepedulian sosial,”cerita Anisa.
Pawai Ramadhan di Berbagai Tempat: Semarak Tarhib Ramadhan
Pawai ramadhan menjadi tradisi yang meriah di berbagai daerah di Jakarta dan sekitarnya. Seperti di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, digelar Gebyar Tarhib Ramadhan yang melibatkan berbagai organisasi Islam. Acara ini mencakup pawai keliling, pentas seni, bazar UMKM serta deklarasi remaja anti miras dan narkoba. KH. Anwar Islam, Lc menjadi Ketua Tarhib Ramadhan Ciracas. Tahun ini pawai dilepas oleh Wakil Camat Ciracas Abdul Khoir.

Hal serupa juga terlihat di Cibubur dan Kelapa Dua Wetan Ciracas, Jakarta Timur di mana murid-murid SD turut serta dalam pawai pagi hari sebelum libur awal Ramadhan.

Sementara itu di Pasar Kemis Desa Sukamantri Kabupatan Tangerang, warga Perumahan Cluster Parahyangan mengadakan pawai obor yang diikuti anak-anak dan orang dewasa. Cahaya obor yang yang berkelap-kelip di malam hari menciptakan suasana yang penuh semangat dan kebersamaan.


Keberagaman Yang Memperindah Perjalanan Spiritual
Dari Sabang hingga Merauke setiap daerah memiliki cara unik menyambut bulan suci ini. Namun satu hal yang tetap sama adalah semangat kebersamaan saling berbagi dan memperkuat nilai-nilai keimanan.


Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah tetapi juga waktu untuk mempererat silaturami, menghormati leluhur, dan berbagi dengan sesama. Dengan berbagai tradisi Indonesia ini membuktikan bahwa keberagaman bukanlah penghalang melainkan kekayaan budaya yang memperindah perjalanan spiritual menuju Ramadhan

Selamat memasuki Ramadhan
Titik Mustikayani