Pelangi Di Ujung Kehilangan : Kisah “Nani Pos Kota”

Fauziah Nani Bachtiar atau lebih akrab disapa “Nani Pos Kota” oleh teman-teman IISIP’87, tak pernah menyangka akan memulai kembali babak baru hidupnya diusianya yang sekarang.

Kehilangan sang suami tercinta pada tahun 2020 menjadi titik terendah dalam hidupnya. Dua tahun ia mengurung diri, membatasi interaksi dengan dunia luar, hingga akhirnya sebuah sapaan penuh perhatian dari tetangga membuka pintu lembaran baru hidupnya.

Ketika ibu Hj.Naniek Zurhiyah Fais, tetangga senior di depan rumah, menyapanya dengan “nada protes” khas ibu-ibu yang peduli, Nani menyadari ia tak bisa terus menerus terperangkap dalam kesedihan.

Whatsapp Image 2024 12 02 At 16.04.29
Kenangan ketika umroh 2017 bersama suami tercita alm. Didi Ardiansyah (foto : koleksi pribadi)

Dengan ajakan tulus untuk bergabung dalam kegiatan di lingkungan rumahnya, hidup Nani perlahan-lahan berubah. Ia memutuskan bergabung di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di tempat tinggalnya RW 014 daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Sebuah keputusan yang membawa kenangan masa lalu saat ia menjadi sukarelawan menjadi guru TK di kolong jembatan bersama sang kakak yang pada saat itu kuliah di IKIP Jakarta.

Kenangan itu seperti film lama yang diputar kembali. Kala itu, Nani muda adalah mahasiswa IISIP Jakarta Jurusan HUMAS yang penuh semangat, bercita-cita besar dan peduli kepada anak-anak kurang mampu di Jakarta.

Kini 40 tahun kemudian, peran itu kembali diemban  bukan lagi sebagai mahasiswa melainkan sebagai seorang perempuan  tangguh yang ingin menemukan arti hidup baru setelah kehilangan.

Ketua RW tempat tinggal Nani yang mengenal potensi dan pengalaman Nani langsung memberinya SK pengangkatan sebagai guru PAUD Kasih Ibu RW014. Dunia baru namun terasa akrab ini menyambutnya dengan tangan terbuka.

Meski awalnya Nani merasa canggung, namun  setiap senyum polos dan tawa anak-anak yang dia ajar mulai menghangatkan hatinya. Semangat mereka seperti menyembuhkan luka yang selama ini ia simpan sendiri.

Whatsapp Image 2024 12 02 At 15.10.20
Kebahagiaan Nani ditengah-tengah murid-murid PAUD Kasih Ibu (foto: koleksi pribadi)
Whatsapp Image 2024 12 02 At 15.10.31

“Setiap hari ada saja hal lucu yang membuat saya tertawa. Terkadang saya merasa merekalah yang mengajarkan saya, bukan sebaliknya,” kata Nani dengan mata berbinar.

“Melihat mereka berkembang, dari tidak tahu apa-apa hingga siap melanjutkan pendidikan ke jenjang TK atau SD itu kepuasan yang tak ternilai.”

Tak hanya mengajar, Nani aktif mengikuti berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas pengajarannya. Ia meyakini bahwa memberi manfaat kepada orang lain adalah inti dari kehidupan seorang muslim. Seperti sabda Rasululah SAW : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Keyakinan inilah yang mendorong Nani untuk terus berkarya  meski usianya sudah memasuki masa pensiun.

Bagi Nani hidup adalah tentang memberi makna. Ia bersyukur diberi kesempatan untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu mendapatkan pendidikan dini yang layak.

Masa lalu sebagai marketing di Harian Pos Kota selama 21 tahun terasa seperti kehidupan lain yang kini hanya menjadi cerita indah untuk dikenang.

Whatsapp Image 2024 12 02 At 15.48.39
Ketika masih aktif bersama teman-teman marketing Harian Pos Kota . (foto: koleksi pribadi

Yang penting bagi Nani saat ini adalah masa kini, saat ia dikelilingi oleh anak-anak yang polos dan penuh semangat.

Whatsapp Image 2024 12 02 At 16.03.05 1
Nani bersama murid-murid dan rekan-rekan Guru PAUD Kasih Ibu (foto: koleksi pribadi)

Di PAUD kecil itu Nani menemukan kembali hidupnya yang dulu “hilang”. Bagi anak-anak itu, Nani adalah guru yang penuh kasih. Bagi lingkungannya Nani adalah sosok inspiratif yang tak menyerah meski kehidupan pernah membawanya ke jurang kesedihan terdalam.

Dan bagi dirinya sendiri Nani kini adalah “Pelangi di Ujung Kehilangan”. Seorang perempuan yang bangkit berdamai dengan masa lalu dan memutuskan  untuk melangkah menjadi manfaat bagi orang lain. Karena dalam setiap langkahnya, Nani tahu hidup adalah tentang memberi.

Titik Mustikayani

Leave a Comment